Senin, 23 September 2013

Falsafah Obat dan Pengobatan



                 Keadaan “sehat” dan “sakit” adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan ini berlaku bagi semua makhluk hidup di dunia insani, dunia hewani maupun di dunia tumbuh-tumbuhan sekalipun. Bagi makhluk hidup, mengobati suatu penyakit atau gangguan adakalanya merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan eksistensinya. Di dunia tumbuh-tumbuhan dikenal suatu produk metabolisme selain produk metabolisme utama yang disebut sebagai metabolit sekunder. 

                Seekor binatang yang sehat tidak akan memakan daun oleander yang mengandung glikosida yang berbahaya bagi jantung, juga tidak akan ada yang memakan daun kecubung yang mengandung alkaloida golongan tropan yang bekerja sebagai antikolinergik/parasimpatolitik yang sangat beracun. Umumnya tumbuhan yang mengandung zat beracun tersebut tidak akan mendapat gangguan dari binatang, karena secara naluriah akan dihindarinya.

                Secara naruliah seekor binatang ysng sakit akan mencari sesuatu dari alam sekelilingnya untuk mempertahankan hidupnya. Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalnya. Akan tetapi, manusia purba dan manusia yang masuh hidup primitif (dimana akal masih kurang berkembang) eksistensi hidupnya juga masih banyak dipengaruhi oleh narulinya. Seperti halnya di suatu suku bangsa primitif mempunyai kebiasaan memakan tanah. Mulanya hal ini mengherankan tetapi setelah diadakan penelitian lebih mendalam ternyata ada dua hal yang berkaitan yaitu pertama, tanah yang dimakan banyak mengandung zat besi (Fe) dan yang kedua adalah kesehari-harian suku tersebut kurang akan zat besi. Secara alamiah suku tersebut mencari zat besi dari tana, sehingga mereka tidak akan menderita penyakit anemia karena kekurangan zat besi.


Sumber :  http://corrigensia2010.wordpress.com/2012/08/01/sejarah-dan-filsafat-farmasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar